-->
1 / 3
2 / 3
3 / 3

BOLOS SEKOLAH | Perilaku Jadul Penghambat Prestasi Siswa

Awas Nyangkut !!!
Sedikit menjauh dari materi komputer gaes 💻.  Kali ini admin Annoer Komputer akan memuat artikel mengenai "Perilaku Jadul" tapi bukan "Cool Retro" yang masih dilakukan segilintir pelajar di era teknologi informasi saat ini. Yaitu tentang "BOLOS SEKOLAH", atau dengan kata lain; Sengaja tidak hadir untuk menghindari/meninggalkan kewajiban belajar tanpa se-ijin dari guru (pihak sekolah) + ngibulin orang tua pada waktu yang bersamaan. Menang banyak ya bro 😂.....??? Eiiitsss tunggu dulu bro, sabar..., jangan keburu seneng dulu, karena belum tentu juga kamu menang banyak, lanjutin dah bancanya... biar ada sedikit asupan supplement buat korteks serebral otak kita 😂.

Bolos sekolah merupakan salah satu perilaku yang menyimpang dari disiplin pendidikan dan norma-norma sosial, jika ini dihubungkan dengan kaidah kepatuhan seorang murid/anak terhadap guru dan orang tua-nya. Bolos sekolah termasuk dalam kategori kenakalan remaja yang dapat menjurus pada perilaku-perilaku negatif lainnya di kalangan siswa/pelajar seperti; perkelahian dan tawuran antar pelajar, perjudian, perilaku asusila, konsumsi miras, rokok, penggunaan obat-obatan terlarang dan hal negatif lainnya . Perilaku membolos ini cenderung merugikan, karena akan menempatkan siswa pada kondisi  rentan terpengaruh oleh lingkungan yang dijadikan tempat mangkirnya.

Dilansir dari eprints.ums.ac.id yang ditulis oleh Minarni (2017); Membolos  merupakan  perilaku  yang  melanggar  norma-norma  sosial  sebagai akibat dari proses pengondisian lingkungan  yang buruk. Kebiasaan membolos yang sering dilakukan oleh siswa akan berdampak negatif pada dirinya, misalnya dihukum, diskorsing, tidak dapat mengikuti ujian, bahkan bisa dikeluarkan dari sekolah. Selain itu, kebiasaan membolos juga dapat menurunkan prestasi belajarnya. Kebiasaan membolos merupakan tingkah laku yang disebabkan karena kurangnya   pengendalian tingkah laku, maka diperlukan suatu cara untuk membantu permasalahan siswa dalam mengendalikan tingkah lakunya.

Menurut  Damayanti  (2013), kebiasaan  membolos  tentunya dipengaruhi dari berbagai faktor yang mana bisa berasal dari internal dan eksternal. Faktor eksternal yang menjadikan alasan siswa untuk membolos adalah salah satunya mata pelajaran yang kurang diminati. Faktor internal yang menjadikan siswa membolos yaitu malas untuk ke sekolah, kurang perhatian dari orang tua. Menurut Kristiyani (2009) perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Sementara Ridlowi (2009) mengungkapkan bahwa  membolos  dapat  diartikan  sebagai  perilaku  siswa  yang  tidak  masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau bisa juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas.

Menurut Kearney (2001) faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
  • Faktor sekolah. Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain peraturan yang dirasa terlalu ketat bagi anak, kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
  • Faktor personal. Misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, belum mengerjakan PR, terlambat masuk, konformitas terhadap teman, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
  • Faktor keluarga. Faktor keluarga meliputi : orang tua tidak lengkap (tinggal ibu/ayah saja), orang tua tidak harmonis/sering bertengkar, latar belakang pendidikan orang tua, karakter orang tua yang tidak baik, orang tua bekerja diluar jawa/luar negeri, ikut nenek, paman atau keluarga lain, pola asuh orang tua dan kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak.

Menurut Gunarsa (2002), faktor penyebab anak absen dan tidak ke sekolah dibagi dalam dua  kelompok, yaitu:
  1. Faktor Internal (sebab dari dalam diri anak itu sendiri), misalnya; karena sakit, ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah, kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-temannya, kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak. Kemungkinan anak memiliki kelainan dengan teman-temannya yang lain; aneh, cacat, berkelainan.
  2. Faktor Eksternal (Sebab dari luar anak diantaranya): 
  • Keluarga. Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam menggunakan waktu untuk belajar sekehendak  hatinya.  Banyak  keluarga  yang masih  memerlukan  bantuan  anak- anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas di rumah, bahkan tidak jarang pula terlihat ada anak didik yang membantu orang tuanya mencari nafkah; 
  • Sikap Orangtua. Sikap  orang  tua  yang  masa  bodoh  terhadap  sekolah,  yang  tentunya kurang membantu mendorong anak untuk hadir ke sekolah. Orang tua dengan mudah memberi surat keterangan sakit ke sekolah, padahal anak membolos untuk menghindari ulangan. 
  • Sekolah. Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang menyebabkan ia tidak senang di sekolah, lalu membolos.Kemungkinan anak tidak disenangi oleh anak sekelasnya karena termasuk  kelompok  minoritas  atau anak  kesayangan  gurunya.  Misalnya:  anak tidak senang dengan gurunya, guru mungkin menakutkan bagi siswa, sikap guru yang membeda-bedakan siswa atau menganakemaskan siswanya, sikap guru yang tidak mau menjawab pertanyaan siswanya.
Disamping itu, faktor "pergaulan/solidaritas menyimpang" yang terjadi antar siswa dapat menjadi faktor eksternal yang memicu terjadinya perilaku bolos sekolah. Kebutuhan akan pengakuan oleh teman-teman di lingkup kecil pergaulannya ditunjukan dengan menyetujui/mengikuti kehendak membolos sekolah dari teman/siswa lainnya.

Teman  merupakan  faktor  yang  sangat  berpengaruh  terhadap  pergaulan pada masa- masa remaja. Karena remaja banyak menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan teman mereka. Pada masa remaja hubungan dengan teman sebaya dapat meningkat secara drastis. Hal inijuga diketahui dari beberapa kutipan yang menyatakan bahwa informan membolos karena terpengaruh teman- temannya.
Simulasi Tabulasi Penyebab Bolos Sekolah
Dengan mengetahui beberapa penyebab terjadinya perilaku "Bolos Sekolah", semoga setiap pihak dapat merumuskan suatu formula, disamping sebagai upaya pencegahan, diharapkan juga dapat menjadi landasan untuk menciptakan solusi-solusi kreatif dalam menangani dan membantu siswa/pelajar yang memiliki masalah dalam disiplin pendidikan. Ini semua diperlukan agar para siswa/pelajar dapat kembali fokus dalam menempuh pendidikan dan menjadi Generasi Indonesia yang unggul dan berprestasi.   

Sumber : eprints.ums.ac.id