-->
1 / 3
2 / 3
3 / 3

Abacus | 300SM. Tonggak Sejarah Teknologi Komputasi dan Aritmetika

Menghitung adalah suatu kegiatan yang tentunya tidak asing bagi kita semua. hal ini umumnya telah diajarkan secara turun temurun dan telah menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan oleh kebanyakan orang tua pada anak-anaknya, bahkan sebagian orang tua telah memperkenalkan metode perhitungan mudah (seperti pengucapan angka maupun menghitung jari tangan) sejak usia anak kurang dari 2 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan sekitar satu tahun setelah mempelajari keterampilan ini sebagian besar anak sudah mampu memahami apa artinya berhitung dan bagaimana prosedur penghitungan dilakukan. Disadarai atau tidak, kegiatan belajar berhitung yang terlihat sepele, ternyata merupakan suatu kegiatan penting yang memiliki pengaruh besar, tidak sebatas untuk merangsang kecerdasan anak dan pengetahuan umum, akan tetapi lebih dari itu sebagai tonggak pengetahuan dan perkembangan sebagaian besar peradaban, budaya dan teknologi di  dunia.

Sexagesimal Mesopotamia
Jauh sebelum peralatan abacus ditemukan, para ilmuan meyakini bahwa manusia dari jaman batu telah melakukan kegiatan berhitung dengan media batu, kayu, jerami atau objek alami lainnya untuk menentukan jumlah kelompok, jumlah buruan, dan persediaan makanan mereka. Kita tahu, secara umum menghitung merupakan proses untuk menentukan jumlah elemen dari suatu objek yang bersifat terbatas. Dan kegiatan ini sudah berlangsung puluhan ribu tahun sebelum masehi. Beberapa peradaban pada zaman dahulu juga diyakini telah menggunakan beberapa metode perhitungan dengan jari-jari tangan dan pahatan pada media batu atau pohon untuk mencatat hasil perhitungannya.

Seiring waktu beberapa peradaban yang lebih maju telah menemukan metode penghitungan yang lebih baik dengan merangkai objek dan menciptakan simbol-simbol untuk memudahkan kegiatan menghitung. Hingga kemudian ditemukan beberapa alat hitung yang lebih maju dan diidentifikasi sebagai alat hitung yang diberi isitlah Abacus, alat hitung yang kemudian menjadi tonggak sejarah perkembangan ilmu Matematika, Aritmatika dan teknologi komputasi di dunia.

Dari beberapa literatur yang dijadikan rujukan, belum terdapat satupun sumber kuat yang dapat memastikan oleh siapa, dan dari mana tepatnya Abacus pertama kali diciptakan. Tetapi, terdapat  cukup banyak sumber identik yang menuliskan bahwa; Abacus telah banyak digunakan oleh beberapa negara di kawasan Asia, Afrika, dan di Eropa. Abacus dengan segera menjadi alat hitung populer yang digunakan di banyak negara, terutama di negara China yang telah menggunakan Abacus sejak 300 tahun sebelum Masehi. Selain di negara China, ada beberapa negara yang sering dikreditkan dengan awal penggunaan abacus, diantaranya; Yunani , Jepang, Rusia, dan Denmark. Selain itu ditemukan petunjuk lain yang memperkirakan Abacus telah lama digunakan di wilayah Mesopotamia kuno (Timur Tengah), sekitar 2700-2300 tahun sebelum Masehi. Hal ini dimungkinkan, dengan merujuk pada teori temuan "Sexagesimal" di wilayah tersebut.  Sexagesimal berbentuk simbo-simbol dan diduga merupakan angka-angka paku yang digunakan oleh orang-orang di wilayah Mesopotamia (Sumeria, Akkadia, babylonia, dan Assyiria). Penggunaan Sexagesimal ini juga ditemukan di wilayah sekitarnya seperti di Mesir dan Persia (600SM).

Abacus Salamis - Yunani
Yunani - Tablet Salamis
Awalnya dianggap sebagai papan permainan kuno, sebuah tablet yang terbuat dari batu marmer putih, yang ditemukan di kepulauan Salamis-Yunani pada Tahun 1846 teresebut, diidentifikasi oleh para ahli sebagai "Alat Hitung Kuno" (Abacus), yang kemudian diberi nama "Tablet Salamis", sesuai dengan nama pulau dimana tablet tersebut ditemukan.

Tablet salamis ini diperkirakan dibuat oleh orang Yunani sekitar 300 tahun sebelum Masehi. Dengan demikian, menjadikan tablet salamis sebagai abacus tertua di dunia yang pernah ditemukan dan menjadi bukti sejarah penggunaan abacus pada jaman dahulu.


China - Suan Pan
Sempoa yang berasal dari negara Cina. Biasanya, sebuah suanpan memiliki ukuran dengan tinggi sekitar 20 cm (8 in) dengan lebar yang bervariasi, tergantung pada kebutuhan penggunaan. Pada masing-masing batang biasanya terdapat 7 butir manik-manik, yang 2 diantaranya ditempatkan pada dek atas dan 5 manik-manik ditempatkan pada setiap jalur di dek bawah. Bentuk Manik-manik biasanya bulat dan terbuat dari kayu keras . Manik-manik dihitung dengan menggerakkan mereka ke atas atau ke bawah.

Romawi - Calculi
Bangsa Romawi Kuno mengembangkan Abacus Portable Romawi , seperti yang digunakan oleh orang Yunani dan Babilonia. Dimana Metode perhitungan normal di Roma kuno, seperti di Yunani, adalah dengan menggerakkan penghitung di atas meja yang halus.
 Abacus Romawi portable  pertama yang diperkirakan dipakai oleh para insinyur, pedagang dan mungkin oleh pemungut pajak bangsa Romawi kala itu. Dari hasil rekonstruksi (merujuk pada rancangan aslinya) oleh Museum RGZ di Mainz, 1977 menjadikan abacus Romawi yang dibuat pada abad 1 Masehi tersebut terlihat lebih modern, dan diperkirakan lebih dapat mengurangi waktu yang diperlukan dalam melakukan operasi dasar aritmatika.

Jepang - Soroban
Dalam bahasa Jepang, Abacus disebut soroban, diimpor dari Cina pada abad ke-14. Kemungkinan digunakan oleh kebanyakan kelas pekerja selama satu abad atau lebih, sebelum kelas penguasa dimulai. hal itu dikarenakan batasan struktur kelas di Jepang yang tidak memungkinkan perangkat yang digunakan oleh masyarakat kalangan bawah diadopsi atau digunakan oleh kelas penguasa. Abacus Soroban empat manik ini diperkenalkan dari Cina pada zaman Muromachi.

Denmark - Kugleramme
Abacus telah digunakan dibanyak lembaga pra-sekolah dan sekolah dasar di dunia sebagai alat bantu dalam mengajar sistem angka dan aritmatika.Abacus juga dimanfaatkan di sekolah-sekolah luar biasa oleh siswa tunanetra maupun tunarungu. Dalam dunia pendidikan dan usaha di Indonesia abacus masih banyak digunakan hingga sekarang, baik itu oleh pelajar maupun para pedagang. Pemanfaatan abacus sebagai alat bantu pendidikan dan usaha juga telah berlangsung sejak abad 20 di Denmark. Sama halnya di Indonesia dan China, alat hitung Kugleramme  masih eksis di negara tersebut hingga sekarang.

Penggunaan Abacus/Sempoa di Indonesia
Istilah Abacus atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan nama "Sempoa", adalah jenis alat hitung yang sering dijadikan rujukan oleh banyak sumber, khususnya saat mengurai materi sejarah awal terciptanya kalkulator dan teknologi komputasi. Adapun keterkaitan antara abacus dengan teknologi komputer dan kalkulator adalah; berdasar pada runutan sejarah mengenai kebutuhan manusia akan alat hitung yang mudah digunakan dan efisien, khususnya untuk menangani skala jumlah yang lebih luas dan kompleks. Ini kemudian, mendoronga orang-orang dari tiap masa dan peradaban membuat berbagai metodologi dan peralatan penghitung. Hingga akhirnya abacus diciptakan sebagai alat yang dapat mempermudah proses perhitungan.

Diera teknologi modern saat ini, keberadaan kalkulator dan komputer telah banyak menggantikan peranan abacus, akan tetapi tidak serta merta menghilangkan kebaradaannya. Alat hitung Abacus (Sempoa) masih dapat ditemukan di beberapa negara, bahkan di Indonesia sempoa masih dapat ditemukan dengan mudah, digunakan untuk latihan menghitung pada anak usia dini, dan dapat dijumpai masih digunakan oleh beberapa pedagang di Indonesia. Abacus/Sempoa merupakan salah satu alat hitung tradisional yang bersifat kontemporer, yang masih diproduksi dan digunakan hingga saat ini.